Senin, 18 Juni 2012

Plural Is Me

Tugas utama manusia adalah menjadi manusia
(Multatuli)

Akal merupakan suatu yang amat teristimewa yang dimiliki oleh manusia yang membedakannya dari mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Dengan akal manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dapat dikatakan baik sesuatu itu ketika bernilai manfaat tanpa menimbulkan mudhorat dari sisi lainnya.

Dalam Al Quran banyak sekali terdapat sindiran - sindiran kepada manusia untuk menggunakan akalnya, " Dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam, banyak terdapat tanda - tanda kebesaran Tuhan bagi orang yang berfikir", dan banyak lagi kata sejenisnya seperti apakah kamu tidak mengambil pelajaran, bagi orang yang berakal".

Akal membuat manusia dapat memberikan pandangan - pandangannya (interpretasi) terhadap suatu permasalahn, tentunya interpretasi dari setiap orang itu bersikap sujektif, dimana bisa jadi benar menurut dirinya namun belum tentu benar bagi orang lain atau sebaliknya. Namun perbedaan inilah yang membuat kita, manusia selalu belajar dan berupaya untuk memperbaiki diri, fastabiqul khoirot. Bukan untuk menjadi yang paling benar dengan menyalahkan orang lain tetapi sama - sama untuk selalu mengusahakan kebenaran.

Contoh konkret dari perbedaan yang sama - sama mengusahakan kebenaran adalah berbedanya Imam Maliki, hanafi, Syafii dan hambali (Imam mazhab) dalam memproduksi hukum Fiqh, Ke empat dari mereka merujuk pada sumber yang sama, Al Quran dan Sunnah namun menghasilkan produk hukum yang berbeda. Tidak lantas mereka saling salah menyalahkan, namun saling mengapresiasi kebenaran terhadap perbedaan masing-masing.

Dalam konteks di Indonesia, perbedaan ini meruncing dan antar kelompok yang berbeda berusaha untuk saling meniadakan satu sama lainnya, ada setidaknya kelompok fundamentalis yang terwakili oleh Front pembela slam (FPI), Majelis Mujahidin dan lain lain dan kelompok Liberal dari jaringan islam Liberal (JIL). Antar mereka saling meneriakkan indonesia Tanpa FPI dan juga Indonesia Tanpa JIL.

Seharusnya kita dapat menyikapi perbedaan dengan lebih bijak seraya berupaya mengambil kebaikan / hikmah yang ada. Quran secara jelas menegaskan "Manusia itu diciptakan berbeda - beda, beda suku, beda bangsa, beda bahasa agar saling kenal mengenal dan bekerja sama" dalam pasal lain Quran juga menegaskan bahwa "Kalau lah Allah ingin menciptakan kamu menjadi satu umat, maka itu mudah bagiNya"
Teman, pelangi justru indah karena ia terdiri banyak warna. Dan "Sebagaimana kita tidak ingin dianggap salah oleh kebenaran dalam perspektif orang lain, maka orang lain pun tidak ingin dianggap salah oleh kebenaran dalam perspektif kita."
Marhaban ya Ramadhan


Let's Make Our Dream Comes True

Kuberi satu rahasia padamu, Kawan!
Buah Paling manis dari bermimpi adalah kejadian - kejadian luar biasa dalam perjalanan mencapainya
(Andrea Hirata, Writer)

Semua dari kita pasti mempunyai impian, mempunyai cita - cita. impian yang sejak kecil kita pupuk hingga dewasa, impian tentang sesuatu yang tentunya sangat ingin kita capai dan kita dapatkan.

Guru saya dahulu pernah menyampaikan sebuah peribahasa yang hampir setiap orang tahu "Gantungkanlah cita - cita setinggi bintang di angkasa, kelak walaupun engkau tidak dapat meraihnya namun setidaknya engkau masih bisa berjalan tegak mengikuti cahayanya". Sebuah kalimat yang sederhana, namun memiliki arti yang luar biasa.

Teman, masihkah kita ingat dengan impian - impian masa kecil kita dulu, atau harapan dan cita - cita kita, ataukah kita sudah lupa, atau bahkan kita tidak mempunyai impian lagi, ataukah kita sudah tidak berani lagi untuk bermimpi!

Sejarah mencatat, orang - orang besar dalam sejarah itu adalah mereka yang mempunyai mimpi - mimpi besar, orang yang memimpikan apa yang tidak diimpikan oleh siapapun. Maka dari itu mari kita buat impian kita pada masa lau menjadi kenyataan di hari ini dan impian kita dihari ini menjadi sebuah kenyataan pada masa yang akan datang, Let's Make our Dream Comes True!

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk impian - impian itu, dan kalau kita saja sudah tidak berani membela impian - impian kita maka siapa lagi yang akan membelanya!